Halaman

Kamis, 04 Juli 2013

pengaruh zat adiktif bagi pertumbuhan anak

Pengaruh Zat Adiktif Bagi Pertumbuhan Anak

http://kanha-dewa.mywapblog.com/macam-macam-zat-adiktif-dan-pengaruhnya.xhtml 

http://health.kompas.com/read/2012/01/25/13474213/Waspadai.Mainan.Beracun.di.Mal 

http://bimasislam.kemenag.go.id/halal/index.php/artikel/127-bahaya-timbal-pada-produk-mainan-anak-anakhttp:

http://kelassekolah.blogspot.com/2013/04/dampak-negatif-penggunaan-zat-aditf_1.html 

https://id-id.facebook.com/media/set/?set=a.362661067080338.93215.362642163748895&type=3 

      dari banyak artikel yang saya baca, bahwa pengaruh zat adiktif bagi pertumbuhan anak memang sangat berbahaya, Zat adiktif adalah bahan yang ditambahkan dalam bahan pangan dan alat permainan. Penambahan bahan tersebut bertujuan untuk memperpanjang umur simpan bahan, membuat makanan semakin menarik lewat warna dan teksturnya, atau membuat rasanya semakin diminati, serta fungsi lainnya yang betujuan untuk meningkatkan nilai dari produk pangan.Tidak semua zat adiktif membahayakan kesehatan. Ada beberapa zat adiktif alami maupun sintetis yang masih aman dan direkomendasikan untuk produk pangan.

Untuk zat adiktif sintetis, ada batasan kadar yang diizinkan berada dalam produk pangan.Penambahan bahan sintetis melebihi ambang batas yang ditetapkan juga menjadikan bahan tersebut bersifat toksik. Namun demikian, harga bahan tambahan alami dan sintetis tersebut relatif mahal. Sehingga produsen pangan, meski tida seluruhnya, tetapi sebagian besar melirik penggunaan bahan lain, bahkan yang tidak food grade. Ini dilakukan untuk mendapat keuntungan sebesar-besarnya.Oleh karena maraknya peredaran produk pangan yang mengandung zat adiktif berbahaya, orang tua harus memperhatikan makanan dan minuman yang dikonsumsi anak-anaknya. Efek yang ditimbulkan akibat konsumsi zat berbahaya tersebut sering kali tidak muncul segera setelah konsumsi. Efek tersebut berakumulasi di dalam tubuh anak, yang baru tampak hasilnya setelah beberapa tahun kemudian.

Tetapi ada juga anak yang memiliki sensitifitas tinggi terhadap bahan kimia yang terkandung dalam bahan pangan. Pada anak-anak seperti ini, konsumsi bahan-bahan tersebut akan langsung mempengaruhi kerja saluran pencernaannya. Dengan demikian, efek yang ditimbulkan oleh zat aditif berbahaya berbeda antara satu anak dengan yang lainnya. Efek yang ditimbulkan juga bergantung pada dosis konsumsi.Memberikan anak makanan yang mengandung zat adiktif berbahaya sama dengan meracuni anak. Efek yang muncul dalam jangka pendek misalnya gangguan pada saluran pencernaan, sakit kepala, gejala alergi dan badan tiba-tiba menjadi lemas.

Sedangkan efek jangka panjang yang merupakan efek akumulasi, misalnya penurunan konsentrasi anak, perubahan sikap ataupun menurunnya sistem imun tubuh, hingga resiko kanker, kardiovaskuler serta penyakit degeneratif lainnya. Konsumsi bahan tambahan pangan ini juga dapat menghambat perkembangan otak.Penggunaan zat adiktif berupa pewarna sintetis bertujuan untuk memperbaiki warna produk pangan. Warna makanan yang bagus akan membuat anak lebih tertarik. Tanpa disadari, akumulasi zat pewarna ini dapat menyebabkan anak menjadi hiperaktif.Zak adiktif lain yang diaplikasikan pada produk pangan adalah penggunaan perasa. Penggunaannya bertujuan untuk memperkuat rasa pada produk ataupun memperbaiki rasa dari produk pangan. Contohnya adalah MSG. Konsumsi MSG dalam waktu lama dapat menyebabkan kerusakan sel-sel otak anak dan berpengaruh terhadap tingkat kesuburan. Beberapa anak menunjukkan respon langsung setelah mengkonsumsi makanan yang mengandung MSG. Responnya berupa sakit kepala, sakit di bagian dada, dan mati rasa. Efek jangka panjangnya adalah penyakit kanker.

Zat adiktif berupa bahan pengawet juga sering ditemui. Bahan pengawet digunakan untuk mencegah kerusakan bahan pangan akibat aktifitas mikroorganisme. Bahan pengawet sintetis dapat memicu reaksi alergi dan mengganggu fungsi ginjal dan hati. Penggunaan nitrit dan nitrat sebagai pengawet menyebabkan kaker.Selanjutnya adalah zat adiktif yang berupa pemanis. Anak-anak menyukai makanan yang manis seperti permen dan es krim. Penggunaan pemanis sintetis berpotensi menyebabkan anak mengalami obesitas, hiperaktif, memicu kerusakan sel otak, lupus dan kelainan sistem syaraf pusat lainnya. Selain itu, konsumsi pemanis yang berlebihan juga dapat menyebabkan karies gigi.Demikian besar efek yang ditimbulkan dari konsumsi zat adiktif. Sebagian efek tersebut bersifat permanen. Dari sini, orang tua perlu lebih berhati-hati dalam memantau konsumsi buah hatinya, untuk menunjang pengoptimalan tumbuh kembang anak.

Macam-macam Zat Aditif
1. Zat Pewarna
Adalah bahan yang dapat memberi warna pada makanan, sehingga makanan tersebut lebih menarik.
Contoh pewarna alami: Contoh pewarna sintetik:
a. Anato (orange) a. Biru berlian (biru)
b. Karamel (cokelat hitam) b. Coklat HT (coklat)
c. Beta karoten (kuning) c. Eritrosit (merah)
d. Klorofil (hijau) d. Hijau FCF (hijau)
2. Penyedap rasa dan aroma serta penguat rasa
Zat aditif ini dapat memberikan, menambah, mempertegas rasa dan aroma makanan.
Penyedap rasa dan aroma (flavour)
Penyedap rasa dan aroma yang banyak digunakan berasal dari golongan ester.
Contoh: Isoamil asetat (rasa pisang), isoamil valerat (rasa apel), butil butirat (rasa nanas), isobutil propionat (rasa rum)
3. Penguat rasa (flavour echancer)
Bahan penguat rasa atau penyedap makanan yang paling banyak digunakan adalah MSG (Monosodium Glutamate) yang sehari-hari dikenak dengan nama vetsin.
Zat pemanis buatan
Bahan ini tidak atau hampir tidak mempunyai nilai gizi, contohnya sakarin (kemanisannya 500x gula), dulsin (kemanisannya 250x gula), dan natrium siklamat (kemanisannya 50x gula) dan serbitol.
4. Pengawet
Zat aditif ini dapat mencegah atau menghambat fermentasi, pengasaman atau penguraian lain terhadap makanan yang disebabkan oleh mikroorganisme.
Contoh bahan pengawet dan penggunaannya:
a. Asam benzoat, natrium benzoat dan kalium benzoat, untuk minuman ringan, kecap, acar ketimun dalam botol dan caos.
b. Natrium nitrat (NaNo3), untuk daging olahan dan keju.
c. Natrium nitrit (Na No2), untuk daging olahan, daging awetan dan kornet kalangan.
d. Asam propionate, untuk roti dan sediaan keju olahan.
5. Anti oksidan
Zat aditif ini dapat mencegah atau menghambat oksidasi.
Contoh:
a. Asam askorbat (bentukan garam kalium, natrium, dan kalium), digunakan pada daging olahan, kaldu, dan buah kalangan.
b. Butil hidroksianisol (BHA), digunakan untuk lemak dan minyak makanan
c. Butil hidroksitoluen (BHT), digunakan untuk lemak, minyak makan, margarin dan mentega.
6. Pengemulsi, pemantap, dan pengental
Zat aditif ini dapat membantu pembentukan atau pemantapan sistem dispersi yang homogen pada makanan.
Contoh: agar-agar, gelatin, dan gom arab
7. Pemutih dan pematang tepung
Zat aditif ini dapat mempercepat proses pemutihan atau pematangan tepung sehingga dapat memperbaiki mutu pemanggangan.
Contoh: Asam askorbat, aseton peroksida, dan kalium bromat
8. Pengatur keasaman
Zat aditif ini dapat mengasamkan, menetralkan, dan mempertahankan derajat keasaman makanan. Contoh: asam asetat, aluminium amonium sulfat, amonium bikarbonat, asam klorida, asam laktat, asam sitrat, asam tentrat, dan natrium bikarbonat.
9. Anti kempal
Zat aditif ini dapat mencegah pengempalan makanan yang berupa serbuk. Contoh: aluminium silikat (susu bubuk), dan kalsium aluminium silikat (garam meja)
10. Pengeras
Zat aditif ini dapat memperkeras atau mencegah melunaknya makanan. Contoh: aluminium amonium sulfat (pada acar ketimun botol), dan kalium glukonat (pada buah kalangan)
11.  Sekuestran
Adalah bahan yang mengikat ion logam yang ada dalam makanan. Contoh: asam fosfat (pada lemak dan minyak makan), kalium sitrat (dalam es krim), kalsium dinatrium EDTA dan dinatrium EDTA
12.  Penambah gizi
Zat aditif yang ditambahkan adalah asam amino, mineral, atau vitamin untuk memperbaiki gizi makanan.
Contohnya: Asam askorbat, feri fosfat, vitamin A, dan vitamin D.
Untuk mempertahankan hidupnya, manusia tidak lepas dari makanan. Guna makanan untuk mendapatkan energi, memperbaiki sel-sel yang rusak, pertumbuhan, menjaga suhu dan menjaga agar badan tidak terserang penyakit, makanan yang bergizi merupakan makanan yang mengandung karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral dan air. Untuk maksud tersebut kita memerlukan zat aditif.
Zat aditif pada makanan adalah zat yang ditambahkan dan dicampurkan dalam pengolahan makanan untuk meningkatkan mutu. Jenis¬-jenis zat aditif antara lain pewarna, penyedap rasa, penambah aroma, pemanis, pengawet, pengemulsi dan pemutih.
Zat aditif pada makanan ada yang berasal dari alam dan ada yang buatan (sintetik). Untuk zat aditif alami tidak banyak menyebabkan efek samping. Lain halnya dengan zat aditif sintetik.
Bahan pengawet
Pengawet adalah bahan yang dapat mencegah atau menghambat fermentasi, pengasaman atau penguraian lain terhadap makanan yang disebabkan mikroorganisme. Zat pengawet dimaksudkan untuk memperlambat oksidasi yang dapat merusak makanan. Ada dua jenis pengawet makanan yaitu alami dan sintetik (buatan). Pengawet yang paling aman adalah bahan-bahan alam, misalnya asam cuka (untuk acar), gula (untuk manisan), dan garam (untuk asinan ikan/telur). Selain itu beberapa bahan alam misalnya saja penambahan air jeruk atau air garam yang dapat digunakan untuk menghambat terjadinya proses reaksi waktu coklat (browing reaction) pada buah apel.
Keuntungan zat aditif
Penggunaan zat aditif memiliki keuntungan meningkatkan mutu makanan dan pengaruh negatif bahan tambahan pangan terhadap kesehatan.
Agar makanan dapat tersedia dalam bentuk yang lebih menarik dengan rasa yang enak, rupa dan konsentrasinya baik serta awet maka perlu ditambahkan bahan makanan atau dikenal dengan nama lain “food additive”.
Penggunaan bahan makanan pangan tersebut di Indonesia telah ditetapkan oleh pemerintah berdasarkan Undang-undang, Peraturan Menteri Kesehatan dan lain-lain disertai dengan batasan maksimum penggunaannya. Di samping itu UU Nomor 7 tahun 1996 tentang Pangan Pasal 10 ayat 1 dan 2 beserta penjelasannya erat kaitannya dengan bahan tambahan makanan yang pada intinya adalah untuk melindungi konsumen agar penggunaan bahan tambahan makanan tersebut benar-benar aman untuk dikonsumsi dan tidak membahayakan.
Namun demikian penggunaan bahan tambahan makanan tersebut yang melebihi ambang batas yang ditentukan ke dalam makanan atau produk-produk makanan dapat menimbulkan efek sampingan yang tidak dikehendaki dan merusak bahan makanan itu sendiri, bahkan berbahaya untuk dikonsumsi manusia. Semua bahan kimia jika digunakan secara berlebih pada umumnya bersifat racun bagi manusia. Tubuh manusia mempunyai batasan maksimum dalam mentolerir seberapa banyak konsumsi bahan tambahan makanan yang disebut ADI atau Acceptable Daily Intake. ADI menentukan seberapa banyak konsumsi bahan tambahan makanan setiap hari yang dapat diterima dan dicerna sepanjang hayat tanpa mengalami resiko kesehatan.
ADI dihitung berdasarkan berat badan konsumen dan sebagai standar digunakan berat badan 50 kg untuk negara Indonesia dan negara-negara berkembang lainnya. Satuan ADI adalah mg bahan tambahan makanan per kg berat badan. Contoh: ADI maksimum untuk B-karoten = 2,50 mg/kg, kunyit (turmerin) = 0,50 mg/kg dan asam benzoat serta garam-garamnya = 0,5 mg/kg.
Zat aditif makanan ditambahkan dan dicampurkan pada waktu pengolahan makanan untuk memperbaiki tampilan makanan, meningkatkan cita rasa, memperkaya kandungan gizi, menjaga makanan agar tidak cepat busuk, dan lain.
Bahan yang tergolong ke dalam zat aditif makanan harus dapat:
1. memperbaiki kualitas atau gizi makanan;
2. membuat makanan tampak lebih menarik;
3. meningkatkan cita rasa makanan; dan
4. membuat makanan menjadi lebih tahan lama atau tidak cepat basi dan busuk.
- See more at: http://kelassekolah.blogspot.com/2013/04/dampak-negatif-penggunaan-zat-aditf_1.html#sthash.dxoyAQDG.dpuf

 

Zat aditif adalah zat-zat yang ditambahkan pada makanan selama proses produksi, pengemasan atau penyimpanan untuk maksud tertentu. Penambahan zat aditif dalam makanan berdasarkan pertimbangan agar mutu dan kestabilan makanan tetap terjaga dan untuk mempertahankan nilai gizi yang mungkin rusak atau hilang selama proses pengolahan.
Pada awalnya zat-zat aditif tersebut berasal dari bahan tumbuh-tumbuhan yang selanjutnya disebut zat aditif alami. Umumnya zat aditif alami tidak menimbulkan efek samping yang membahayakan kesehatan manusia. Akan tetapi, jumlah penduduk bumi yang makin bertambah menuntut jumlah makanan yang lebih besar sehingga zat aditif alami tidak mencukupi lagi. Oleh karena itu, industri makanan memproduksi makanan yang memakai zat aditif buatan (sintesis). Bahan baku pembuatannya adalah dari zat-zat kimia yang kemudian direaksikan. Zat aditif sintesis yang berlebihan dapat menimbulkan beberapa efek samping misalnya: gatal-gatal, dan kanker.
- See more at: http://kelassekolah.blogspot.com/2013/04/dampak-negatif-penggunaan-zat-aditf_1.html#sthash.dxoyAQDG.dpuf
Zat aditif adalah zat-zat yang ditambahkan pada makanan selama proses produksi, pengemasan atau penyimpanan untuk maksud tertentu. Penambahan zat aditif dalam makanan berdasarkan pertimbangan agar mutu dan kestabilan makanan tetap terjaga dan untuk mempertahankan nilai gizi yang mungkin rusak atau hilang selama proses pengolahan.
Pada awalnya zat-zat aditif tersebut berasal dari bahan tumbuh-tumbuhan yang selanjutnya disebut zat aditif alami. Umumnya zat aditif alami tidak menimbulkan efek samping yang membahayakan kesehatan manusia. Akan tetapi, jumlah penduduk bumi yang makin bertambah menuntut jumlah makanan yang lebih besar sehingga zat aditif alami tidak mencukupi lagi. Oleh karena itu, industri makanan memproduksi makanan yang memakai zat aditif buatan (sintesis). Bahan baku pembuatannya adalah dari zat-zat kimia yang kemudian direaksikan. Zat aditif sintesis yang berlebihan dapat menimbulkan beberapa efek samping misalnya: gatal-gatal, dan kanker.
- See more at: http://kelassekolah.blogspot.com/2013/04/dampak-negatif-penggunaan-zat-aditf_1.html#sthash.dxoyAQDG.dpuf
Zat aditif adalah zat-zat yang ditambahkan pada makanan selama proses produksi, pengemasan atau penyimpanan untuk maksud tertentu. Penambahan zat aditif dalam makanan berdasarkan pertimbangan agar mutu dan kestabilan makanan tetap terjaga dan untuk mempertahankan nilai gizi yang mungkin rusak atau hilang selama proses pengolahan.
Pada awalnya zat-zat aditif tersebut berasal dari bahan tumbuh-tumbuhan yang selanjutnya disebut zat aditif alami. Umumnya zat aditif alami tidak menimbulkan efek samping yang membahayakan kesehatan manusia. Akan tetapi, jumlah penduduk bumi yang makin bertambah menuntut jumlah makanan yang lebih besar sehingga zat aditif alami tidak mencukupi lagi. Oleh karena itu, industri makanan memproduksi makanan yang memakai zat aditif buatan (sintesis). Bahan baku pembuatannya adalah dari zat-zat kimia yang kemudian direaksikan. Zat aditif sintesis yang berlebihan dapat menimbulkan beberapa efek samping misalnya: gatal-gatal, dan kanker.
- See more at: http://kelassekolah.blogspot.com/2013/04/dampak-negatif-penggunaan-zat-aditf_1.html#sthash.dxoyAQDG.dpuf

Tidak ada komentar:

Posting Komentar